Pembaca yang budiman,
Yang sedang anda baca saat ini adalah salam pembuka yang kami tulis untuk buku kami yang Insya ALLAH akan kami beri judul Kahf. Entah apakah tulisan kami ini nanti layak disebut sebagai buku atau tidak, kami kembalikan kepada penilaian anda sendiri. Kami buka salam ini dengan Surah YaaSiiin Ayat 1-7 yang kira-kira diterjemahkan menjadi:
- Ya sin.
- Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah.
- Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul.
- Di atas jalan yang lurus.
- (Ini adalah sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
- Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
- Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, maka (dari itu) mereka tidak beriman.
Dan dengan Surah Al-LaHab yang kira-kira diterjemahkan menjadi:
- Binasalah kedua tangan abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
- Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
- Segera dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
- Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
- Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Dulu, Surah Al-LaHab ini adalah salah satu Surah yang paling jarang saya bawa ke dalam Shalat diantara Surah-Surah yang saya hapal. Alasannya adalah bahwa waktu itu saya beranggapan bahwa Surah Al-LaHab ini hanya berisi tentang hinaan kepada abu lahab dan istrinya saja. Sesudah saya diajari sesuatu di dalam Surah ini, Surah ini berubah menjadi salah satu favorit saya di dalam Shalat. Sebab, di dalam Surah ini terdapat sesuatu yang sangat menakjubkan dan pembuktian Al-Quran sebagai mu’jizat.
Perlu kita ketahui bahwa abu lahab adalah salah satu bangsawan Quraisy yang cerdas dan juga dikelilingi oleh orang-orang yang cerdas pula. Sebenarnya sesudah Surah Al-LaHab turun, abu lahab dan sekutunya punya cara untuk melenyapkan Islam dari muka bumi selama- lamanya. Dan menurut logika, mustahil abu lahab dan sekutu-sekutunya tidak menyadari hal ini. Cara yang kami maksudkan adalah bahwa abu lahab cukup pergi ke tempat yang ramai (Masjidil haram misalnya) dan dia tinggal berteriak, “Wahai manusia, dengarkanlah. Aku bersaksi bahwa tidak ada TUHAN selain ALLAH dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba - NYA dan utusan - NYA”.
Sesudah dia bersyahadat maka akan timbul pertanyaan, apakah abu lahab akan masuk Surga?
- Jika tidak, maka Rasulullah ShallallaaHu ‘alaiHi wa sallam berbohong (na’uudzubillaaHi min dzaalik). Sebab tidak semua yang bersyahadat masuk Surga.
- Jika ya, maka ALLAH telah melakukan kesalahan (na’uudzubillaaHi min dzaalik tsumma na’uudzubillaaHi min dzaalik). Sebab di ayat 3 Surah Al-LaHab ALLAH sudah memberi vonis bahwa abu lahab akan masuk neraka yang menyala-nyala.
Perlu kita ketahui bahwa abu lahab masih hidup sampai dengan sekitar 10 tahun sesudah Surah ini diturunkan dan Rasulullah ShallallaaHu ‘alaiHi wa sallam masih tetap mendakwahi abu lahab di sebagian dari 10 tahun itu (tidak penuh 10 tahun, sebab Rasulullah harus Hijrah ke Madinah). Artinya abu lahab yang cerdas dan sekutu-sekutunya yang cerdas punya waktu sekitar 10 tahun untuk berpikir dan menggunakan cara ini untuk menghancurkan Islam selama-lamanya. Akan tetapi ALLAH menutup hati dan pikiran mereka selama-lamanya sehingga mereka tidak melakukan hal ini.
Selain itu karena vonis sudah dijatuhkan atas abu lahab maka mustahil abu lahab masuk Islam untuk selama-lamanya. Ini merupakan mu’jizat Al-Quran dan ALLAH mustahil salah. Maka sesudah Surah ini turun peluang abu lahab untuk masuk Islam adalah 0% karena dia sudah divonis masuk Neraka. Lantas muncul pertanyaan baru, berapakah kemungkinan abu lahab masuk Islam sebelum Surah Al-LaHab turun ? Jawabannya tetap 0%.
Sebab Al-Quran turun dengan dua proses. Pertama turun secara lengkap dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Ma’mur di Langit ke-7 dan Dari Baitul Ma’mur ke Baitul ‘IzzaH di Langit Pertama (hal ini terjadi di Lailatul Qadr). Kedua turun dari Baitul ‘IzzaH ke Bumi secara bertahap selama ± 22 Tahun (hal ini diawali dengan peristiwa di Gua Hiraa` yaitu turunnya Surah Al-‘Alaq ayat 1-5 atau turunnya Surah Al-Muddatstsir ayat 1-7) yang sering kita kenal v dengan peristiwa Nuzulul Quran. Detail masalah ini dapat anda dapatkan di Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surah Al-Qadr. Artinya sebelum Muhammad ShallallaaHu ‘alaiHi wa sallam diangkat menjadi Nabi, Al-Quran sudah selesai ditulis dan Surah Al-LaHab juga sudah selesai ditulis. Maka sebelum Beliau ShallallaaHu ‘alaiHi wa sallam diutus pun, abu lahab sudah tidak punya kesempatan sama sekali untuk masuk Surga.
Adapun abu lahab sendiri termasuk salah satu dari “kebanyakan mereka” yang disebutkan dalam Surah YaaSiin ayat 7. Artinya abu lahab bukanlah satu-satunya orang yang sudah divonis masuk Neraka dan tidak akan beriman sebelum Muhammad ShallallaaHu ‘alaiHi wa sallam diangkat menjadi Nabi (ingat, Surah YaaSiin juga sudah selesai ditulis sama dengan Surah Al-LaHab). Maka hal ini adalah berbicara tentang takdir. Siapapun yang sudah ALLAH Takdirkan masuk Surga pasti masuk Surga dan siapapun yang ALLAH Takdirkan masuk Neraka pasti masuk Neraka. Dan semua ini berdasarkan hikmah dan Kebijaksanaan ALLAH Yang Sempurna.
Lantas sesudah jelas bahwa “kebanyakan mereka tidak akan beriman” seperti yang dikatakan dalam Surah YaaSiin ayat 7, mengapa Rasulullah masih harus memberi peringatan kepada mereka (padahal sudah pasti mereka tidak akan beriman) seperti yang dikatakan di Surah YaaSiin ayat 6?
- Sebabnya adalah merupakan perintah ALLAH dan karena ada dalilnya.
Hal ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Rasulullah di dalam haditsnya tentang “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul - NYA”. Sebab ada dalilnya berupa Perintah ALLAH untuk memberi peringatan kepada mereka sesuai dengan Surah YaaSiiin ayat 6 maka Rasulullah melakukannya. Selama kita berpegang kepada Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul - NYA, kita tidak akan tersesat. - Hikmahnya adalah untuk mengajarkan kepada kita bahwa urusan kita adalah beramal dan berusaha sedangkan hasilnya adalah Urusan ALLAH.
Oleh sebab itu aqidah Ahlussunnah Wal Jamaa’ah dalam menyikapi takdir adalah meyakini bahwa ALLAH berkuasa penuh atas segala sesuatu sebagaimana keyakinannya orang-orang Jabariyyah, akan tetapi tetap berusaha penuh sebagaimana usahanya orang-orang Qadariyyah. Dengan tetap meyakini bahwa usaha kita tersebut di bawah Takdir ALLAH sebagaimana usaha Rasulullah mendakwahi abu lahab di bawah Takdir ALLAH atas abu lahab yang kesemuanya itu berdasarkan Kemahabijaksanaan ALLAH.
Bagaimanapun Nabi mendakwahi “kebanyakan mereka” yang ada pada Surah YaaSiiin ayat 7 tersebut, sudah pasti mereka tidak akan beriman sekarang dan seterusnya sampai selama-lamanya karena mereka sudah ditakdirkan sedemikian. Sama seperti abu lahab. Tetapi tetap saja Rasulullah harus mendakwahi mereka juga karena ada dalil dan perintahnya. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu alasan kami menulis buku ini. Apakah buku ini akan selesai nantinya atau tidak, apakah buku ini akan memberi manfaat kepada orang banyak atau tidak, apakah orang yang membaca buku ini mampu mengambil pelajaran dari buku ini atau tidak. Dan semuanya telah Ditakdirkan oleh ALLAH. Akan tetapi kewajiban kami bukanlah menjadikan anda mampu mengambil manfaat dari tulisan ini. Kewajiban kami hanyalah beramal dan berusaha untuk menulis buku ini sejauh yang kami mampu.
Adapun orang-orang yang ALLAH Takdirkan untuk dapat mengambil manfaat dari tulisan ini maka buku ini akan sampai ke tangannya bagaimanapun caranya dan dimanapun dia berada. Apakah di atas langit, di bawah air di dasar laut terdalam atau di dalam batu yang tak ada lubangnya sama sekali dan batu itu terkubur di dalam bumi, dia akan dapati buku ini di tangannya serta dia akan memperoleh manfaat darinya walaupun dia hanya mendapati tulisan ini dalam sobekan-sobekan kertas yang beterbangan. Adapun orang-orang yang ALLAH Takdirkan tidak memperoleh manfaat dari tulisan ini maka Demi ALLAH dia tidak akan memperolehnya walaupun dia mendapatinya dalam bentuk buku tebal yang di syarah dengan sempurna.